Rabu, 21 Mei 2014

Letusan Gunung Merapi Beracun Tapi Tidak Membahayakan Warga

letusan-letusan Gunung Merapi masih terjadi kecil-kecil, hari-hari terakhir. Setiap letupan, material yang diembuskan mengandung zat beracun berupa karbon dioksida (CO2) dan karbon (C). Namun demikian, gas ini tidak membahayakan kesehatan warga sekitar.

"Namun demikian, masyarakat di sekitar Merapi tidak perlu takut dan khawatir, karena begitu dilepaskan ke atmosfir gas itu menjadi netral. Gas itu juga lebih ringan dari udara biasa sehingga bergeraknya cenderung ke atas," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandrio usai memberikan sosialisasi kondisi Gunung Merapi terkini pada musyawarah pimpinan daerah (Muspida) Kabupaten Magelang, Daerah Istimewa Yogyakarta, di rumah dinas Bupati Magelang, Selasa (20/5/2014).

Menurut Subandrio, gas beracun itu tidak akan terhirup oleh warga di lereng Merapi karena kondisi pemukiman yang berada jauh di bawah puncak Merapi. Menurutnya, pusat embusan gas beracun di Merapi berada pada ketinggian sekitar 2900 meter, sementara pemukiman penduduk paling atas berada di ketinggian di bawah 1000 meter.

Kondisi Merapi, berbeda dengan keberadaan kawah-kawah di wilayah pegunungan Dieng. Jika di Gunung Dieng, sumber semburan gas beracun memiliki titik elevasi yang sama dengan pemukiman. "Sehingga, gas beracun berpotensi terhirup oleh warga sekitar. Apalagi suhu di wilayah Dieng cenderung lembab dan berbeda dengan Merapi," ujar Subandrio.

Subandrio memaparkan, hingga saat ini tidak ada indikasi pergerakan magma yang naik ke permukaan pasca erupsi besar tahun 2010 lalu. Dia menambahkan letusan minor yang kerap terjadi beberapa waktu lalu di Merapi bukan dipicu karena aktivitas magmatik Merapi. Namun, letusan minor itu hanya aktivitas di permukaan saja. Sedangkan dibawah permukaan tersebut terdapat material-material padat seperti abu vulkanik dan material lama.

"Jadi di bawah permukaan itu bukan material magma baru, meskipun pijar. Proses keluarnya material lama yang pijar dari dalam Merapi kejadiannya hanya sebentar, maksimal 20 menit saja. Sedangkan keluarnya material magma baru prosesnya akan berlanjut sampai terjadinya awan panas dan kubah lava baru," papar dia.

Karbon dioksida atau zat asam arang adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.

Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. Pada manusia, karbon dioksida dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, seperti asma, bronkitis dan radang paru-paru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar